Jika Anda berjalan-jalan ke Surabaya, cobalah menjajal dashyatnya kenikmatan rujak cingur, makanan khas Jawa Timur. Makanan ini terbuat dari beragam irisan campuran buah-buahan seperti nanas, mangga muda, bengkoang, belimbing, kedondong, dsb. Ciri utama makanan ini adalah petis dan cingur.
Petis adalah sajian pelengkap makanan yang terbuat dari produk sampingan hasil olahan udang atau pindang. Warnanya hitam serta sudah dicampur dengan hasil ulekan cabai, kacang tanah, bawang putih, terasi, garam, dan gula. Corak warnanya yang unik kerap membuat orang yang biasa makan rujak “konvensional” akan bertanya-tanya dalam hati. Petis memang cenderung “kurang seksi” penampilannya.
Sementara itu, cingur (artinya: mulut sapi) adalah irisan moncong sapi yang direbus dan dicampurkan dalam sajian rujak. Daging kenyal — seperti kikil — yang disantap mungkin bisa membuat Anda terbayang sedang “beradu mulut” dengan bibir sapi, bahkan melumatnya dengan gigi hingga tuntas. Tapi di sinilah letak tantangan serta kenikmatannya sekaligus.
Cingur yang digunakan untuk rujak umumnya berasal dari sapi jantan, karena selain lebih gurih, waktu perebusannya juga lebih singkat — hanya dua jam. Sedangkan cingur sapi betina bisa lima jam.
Rujak cingur punya rasa menakjubkan. Campuran rasa pedas, manis, asam dan asin dalam hidangan ini membuat Anda terbuai. Disertai kriuk-kriuk kerupuk, bumbu petis nan lezat, cingur yang kenyal serta paduan sayatan buah-buahan, rujak ini terasa sangat istimewa. Karena porsinya cukup besar, apalagi jika ditambah lontong atau mie goreng, rujak cingur sering disantap di saat cuaca panas di siang hari.
Mari mencoba kenikmatan rujak cingur, sajian kuliner tradisional asli Indonesia!
0 Comments:
Posting Komentar