BUKANKAH berjalan itu demikian mudahnya. Buat saya tidak.
Setiap kali melihat jalanan becek usai hujan seperti hari-hari ini, saya gusar. Saat berjalan melewati jalanan becek itu, mungkin saya akan meninggalkan noda cipratan di bagian belakang celana panjang saya.
Saya sering iri melihat orang lain bisa melangkah dengan tegak, tanpa kuatir terkebna percikan air dari tanah yang becek. Apa yang salah dengan cara jalan saya?
Setelah saya amati, saya berjalan dengan cara diseret. Langkah diseret di jalanan becek sama dengan mengotori celana panjang sendiri. Akibat lain, sol sepatu atau sandal saya selalu menipis karena keseringan diseret-seret.
Saya tahu cara jalan saya salah. Saya menulis artikel ini dalam upaya mencari jawab cara berjalan dengan baik dan benar.
Namun, penulusuran saya menemukan banyak hal. Izinkan saya membaginya di sini.
***
Berjalan adalah hal dasar bagi kemanusiaan. Manusia dan hewan dibedakan dari cara mereka berjalan.
Evolusi manusia selama jutaan tahun hingga sekarang dimulai dari perbedaan cara berjalan nenek moyang manusia dengan nenek moyang kera.
Dalam bukunya, Asal-usul Manusia (saya baca terjemahannya terbitan KPG, 2007), Richard Leakey membagi 4 tahap evolusi manusia. Yang pertama, yang mengawali evolusi manusia dari jutaan tahun hingga sekarang dimulai dari berjalan dengan kaki tegak atau bipedalisme. Ditulis Leakey, asal-usul keluarga manusia muncul sekitar 7 juta tahun lalu, ketika berkembang suatu spesies mirip kera yang bergerak secara bipedal, atau tegak. (harap diketahui manusia modern seperti kita sekarang baru muncul sekitar 200 ribu sampai 150 ribu tahun yang lalu.)
Berdiri tegak atau bipedalisme bagi Charles Darwin disebutnya sebagai salah satu ciri-ciri evolusi manusia yang penting—selain teknologi, dan otak yang besar. Dalam bukunya The Descent of Man, Darwin menulis begini (saya kutip dari Leakey):
“Jika memang menuntungkan bagi manusia punya tangan dan lengan yang bebas, dan berdiri tegak pada kakinya… maka saya tidak melihat alasan mengapa tidak menguntungkan juga bagi leluhur manusia menjadi semakin tegak atau bipedal.”
Kemampuan bipedalisme memungkinkan leluhur manusia berjalan jauh dari satu tempat ke tempat lain. Jika sebuah tempat dianggap tidak bisa mengakomodasi kehidupannya, manusia—berkat kemampuannya berjalan—melakukan migrasi mencari tempat hidup lebih baik.
Di sini, berjalan menjadi kunci survival alias bertahan hidup.
Berjalan termasuk keterampilan dasar manusia paling awal. Saat dilahirkan, bayi tak bisa jalan. Tapi, dengan keterampilannya, dan juga pertumbuhan tulangnya, rata-rata setelah setahun bayi sudah bisa jalan.
Maka, jika demikian pentingnya berjalan dan menjadi peletak dasar evolusi spesies manusia sekaligu kemampuan dasar manusia, apa jadinya bila masih ada manusia zaman sekarang yang tak pandai berjalan alias belum berjalan dengan baik dan benar?
Wah, saya tak tahu bagaimana menjawabnya. Apalagi cara jalan saya masih belum benar.
Saya pernah membaca (atau mendengar) entah di mana, cara berjalan dengan langkah diseret pertanda orang malas. Alasannya barangkali, mengangkat kakinya sendiri saja ia malas sampai harus diseret-seret, apalagi melakukan pekerjaan lain.
Well, saya tak tahu apa sifat dasar saya pemalas. Saya biarkan orang-orang yang mengenal saya untuk menilainya. Namun, pesan saya, jangan hanya nilai orang dari cara berjalannya.
Sekarang, pertanyaan besar saya belum terjawab: bagaimana berjalan dengan baik dan benar?
***
Seorang kawan, Rere, yang biasa menulis rubrik gaya hidup di situs ini, pernah menulis curhatnya soal cara berjalan di blognya pada 2010. Seperti saya, ia selama hidupnya berjalan dengan cara yang salah. “Setiap kali berjalan, saya mengangkat salah satu ujung kaki. Tidak, bahkan keduanya. Hasilnya, percikan tanah dan genangan air terciprat ke ujung sepatu hingga belakang betis,” tulis Rere di blognya.
Dan suatu ketika, ia harus belajar berjalan lagi.
Pacarnya (kini mantan pacarnya) mengajarkannya cara berjalan. Rere bercerita, “Pelajaran berjalan saya dimulai dari kostan hingga kampus. Dia menunjukkan cara berjalan seperti ‘orang biasa’. Dengan meluruskan kaki, meratakan permukaan bawahnya. Tanpa di angkat di salah satu ujungnya, baik tumit maupun jari kaki.”
Itu mungkin salah satu cara.
Saya punya buku bagus berisi kumpulan tips praktis berjudul “Panduan Pakar untuk Menyelesaikan Segala Urusan dengan Cepat—100 Cara Membuat Hidup Lebih Efisien” (terjemahan, Gramedia, 2008). Selain tips menjual rumah, meraih sukses pekerjaan, mencari jodoh, menyembuhkan patah hati, memasak, memilah surat, berhenti merokok, dan lain-lain ada satu artikel tips “Berjalan Kaki” (hal.177).
Seorang mantan atlet pejalan cepat AS, Mark Fenton menuliskan tipsnya cara berjalan kaki efektif. Setelah menjelaskan 10 manfaat jalan cepat (termasuk: berjalan 5 km selama satu jam,membakar sekitar 240 kalori; setiap orang dewasa seharusnya selama 30 menit melakukan kegiatan sedang [contohnya jalan kaki 2 km] untuk mengurangi risiko penyakit kronis dan kematian dini), Fenton menerangkan tips berjalan.
Ini langkah-langkah yang ditawarkan Fenton saat melangkah:
1. Berdiri tegak. Bahu tidak terkulai, otot di pinggang tidak buncit, atau jangan melakukan gerakan mengayun berlebihan di bagian belakang tubuh. Petunjuk: Tatap horizon, jangan biarkan dagu jatuh.
2. Berfokus pada langkah cepat, bukan langkah panjang. Memang benar, langkah Anda menjadi semakin panjang di saat Anda berjalan semakin cepat. Tapi, jangan jadikan hal itu sebagai sasaran Anda; biarkan terjadi secara wajar. Alih-alih, berkonsentrasilah untuk melangkah lebih cepat. Petunjuk: Hitung berapa langkah Anda dalam waktu 20 detik; upayakan bisa melangkah lebih dari 45 (135 langkah per menit, atau rata-rata 5-6 km per jam).
3. Tekuk lengan. Tahan siku agar bersudut tegak lurus sehingga lengan Anda dapaty mengayun lebih cepat; upayakan ayunan lengan yang mantap dan cepat. Petunjuk: Tangan harus membentuk busur dari sisi pinggang ketika mengayun ke belakang, ke setinggi dada (jangan lebih tinggi) di bagian depan.
4. Tekan jari kaki. Secara sadar tekanlah jari kaki dan hasilkan tenaga sebesar mungkin di akhir setiap langkah. Petunjuk: rasakan sakan-akan Anda menunjukkan kepada orang di belakang Anda bagian bawah sepatu di akhir setiap langkah.
Silakan coba.
Sementara itu, dari telusuran saya ke dunia maya, saya menemukan tips yang rasanya lebih jitu: cara berjalan Nabi Muhammad SAW.
Di blog itu, sambil mengutip hadist sebagai referensi catatan kaki, penulisnya menyimpulkan ciri-ciri Rasulullah SAW berjalan:
1. Langkah kaki beliau mantap2. Postur tubuh beliau ketika melangkah tegap dan kuat seperti orang yang berjalan menuruni perbukitan3. Beliau mengangkat kakinya ketika berjalan, tidak diseret.4. Walaupun tegap dan kuat, gerakan beliau tetap terkesan santun dan tidak sombong5. Cara berjalan beliau melambangkan langkah orang yang memiliki tekad tinggi, visioner dan gagah berani.
Wah, saya ingin betul bisa berjalan seperti Rasulullah SAW.***
0 Comments:
Posting Komentar