Kelenteng ini dibangun pertama kali pada tahun 1724 oleh masyarakat Tionghoa di Semarang, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Zheng He atau yang lebih dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho, yang dianggap sebagai leluhur mereka. Pada perkembangannya, Kelenteng Sam Poo Kong mengalami perubahan bentuk setelah dibangun kembali pada tahun 2002. Tak hanya sebagai tempat peribadatan, lokasi ini menjadi tempat kunjungan wisata tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga wisatawan mancanegara. Nama Sam Poo Kong diambil sebagai kehormatan buat Zheng He, yang berarti leluhur.
Di kelenteng yang berada Jalan gedung batu / simongan 129 , semarang , jawa tengah seluas 3,7 hektar tersebut, terdapat kelenteng utama, yang di dalamnya terdapat gua yang diyakini menjadi tempat tinggal dan berlindung Zheng He saat terdampar di pantai Simongan, lokasi, yang kini berdiri kokoh, bangunan Kelenteng Sam Poo Kong.
Di ruangan terdapat tiga tempat pemujaan yang berdiri sendiri yakni:
A. Tempat sembahyang arwah Ho Ping. Arwah para pasukan armada Zheng He yang tidak bersanak keluarga yang mungkin belum memperoleh tempat di alam baka.
B. Tempat pemujaan Nabi Khong Tju. Tempat ini digunakan untuk mengenang dan menghormati Nabi Khong Tju, peletak dasar moral China.
C. Tempat Pemujaan Mbah Kyai Jangkar, digunakan sebagai alat konsentrasi dalam sembahyang.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kelenteng Sam Poo Kong biasanya akan meningkat bersamaan dilangsungkannya acara-acara khusus, seperti Tahun Baru China, upacara mohon berkah setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon. Ada juga upacara menyambut Hari Ulang Tahun kedatangan armada pimpinan Laksamana Zheng He atau Sam Poo Tay Djien atau juga Sam Poo Kong pada tanggal 19 Agustus.
0 Comments:
Posting Komentar